SEMARANG — Penanews.co.id — Pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Istana Minggu sore di Istana Kepresidenan menurut Pakar politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Wahid Abdurrahman, dinilai bukan pertemuan biasa.
Wahid menilai pertemuan itu lebih kepada berkaitan dengan keberlanjutan pemerintahan yang sudah dijalankan Jokowi.
Mengutip detikjateng, Wahid mengatakan pertemuan di Istana Negara hari Minggu (18/22) itu menarik perhatian karena terjadi di tengah proses Pemilu 2024 pascapemungutan suara. Pertemuan itu menurutnya sudah membawa soal pemerintahan.
“Ini pertemuan yang tidak biasa-biasa saja karena dilakukan dalam waktu dan momentum yang sangat menarik perhatian publik, pascapilpres. Ini bukan sekedar silaturahmi tapi sudah ada arah bagaimana pemerintahan ke depan,” kata dosen Ilmu Pemerintahan Fisip Undip ini, saat dihubungi detikJateng, Senin (19/2/2024).
Ia menjelaskan, meski rekapitulasi KPU belum rampung namun hampir bisa dipastikan paslon 02, Prabowo-Gibran berpotensi menang. Dalam kemenangan paslon 02 itu, menurut Wahid, ada campur tangan Jokowi di mana Jokowi punya ‘saham’, yaitu putranya, Gibran Rakabuming Raka.
“Meskipun KPU belum menetapkan secara resmi namun hampir bisa dipastikan 02 menjadi pemenang. Nah, menurut saya itu tidak lepas dari peran Pak Jokowi yang menjadi pemilik saham kemenangan dari 02. Saham melalui putranya dan diendorse selama ini sangat kasat mata ya. Jadi karena Pak Jokowi punya saham yang besar maka tidak heran kalau kemudian Pak Jokowi akan berpengaruh dalam keberlanjutan pemerintahan ke depan,” jelas Wahid.
Untuk menjamin berjalannya pemerintahan ke depan, lanjutnya, maka Jokowi turut andil berdialog dengan partai politik lain salah satunya NasDem yang dalam periode Jokowi menjadi salah satu parai pendukung. Ia menyebut NasDem kini masuk partai lima besar di legislatif, maka dirangkul untuk mendukung program yang sudah disiapkan.
“Apalagi jika PDIP di legislatif jadi pemenang sehingga hampir dipastikan jabatan Ketua DPR ada di tangan PDIP. Butuh semacam dukungan lebih di DPR supaya program-program bisa mulus. Makanya pemerintah akan mencoba menarik semaksimal mungkin teman yang bisa diajak masuk ke pemerintahan,” jelas Wahid.
“Karena banyak sekali program pemerintah Pak Jokowi yang butuh support, keberlanjutan pemerintah berikutnya. Contoh IKN, food estate. Butuh sekali support dari partai-partai yang di luar pemenangan 02, salah satunya NasDem,” imbuhnya.
Menurut Wahid, kini Jokowi juga berupaya kembali menjalin relasi dengan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri karena sempat beredar kabar ingin bertemu lewat Sri Sultan Hamengkubuwono X.
“Ini tidak lepas dari pola hubungan relasi Pak Jokowi dengan Bu Mega yang beberapa hari ini juga Pak Jokowi mencoba membangun dan merajut kembali, kemarin lewat Sri Sultan. Tapi dampaknya belum berhasil. Tentu akan tunggu momentum. Kalau gesture-nya, Pak Jokowi ingin kesana, PDIP jadi bagian pemerintahan ke depan. Tapi Bu Mega mungkin punya pandangan, punya sikap, mungkin terpengaruh dengan dinamika Pilpres ini sehingga sekarang belum memungkinkan. Sehingga sembari itu memperluas cakupan, memperluas alternatif termasuk NasDem,” katanya.[]
Baca juga; Keji! Ayah di Jambi tega bunuh Anak kandungnya, Kepergok Warga saat hendak Dikubur
Baca juga; Motif Kernet Truk Tangki Aniaya ODGJ hingga Tewas di Lampung, Kesal Mobil Tangki Dilempari Batu
Baca juga: Timses Caleg Bentrok , 6 Rumah Rusak-1 Motor Terbakar” di Langkat
Baca juga; Saksi PDIP-PKS Medan Kompak, pasang Tenda Kawal Hitung Suara di Kantor Camat
Baca juga; Heboh! Lomba Masak Fiesta HPN, Delegasi IKWI Aceh Gagal Raih Juara