Lima Obat Hati, Berikut Asal Muasal dan Penjelasannya

by
by

Penanews.co.id — Manusia mempunyai hati lain yang tidak terlihat secara kasat mata, yang keadaan dan tempatnya tidak terputus dengan otot-otot hati yang dijelaskan dalam hadits berikut.

Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila segumpal daging tersebut baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Dan, apabila segumpal daging tersebut buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Masyarakat Indonesia tidak terlalu asing dengan lagu “Tombo Ati” atau “Obat Hati” yang biasanya populer menjelang atau ketika Ramadhan.

Mengutip Situs Muhammadiyah.or.id, Obat hati yang tergambar dalam senandung lagu yang terkesan syahdu dan sejuk ini ternyata memiliki asal yang bisa dilacak dan penjelasan yang cukup bermakna dan bermanfaat.

Asal Muasal

Di Indonesia, terkhusus di Jawa, lagu ini populer sebagai ajaran Sunan Bonang atau Raden Maulana Makhdum Ibrahim di Tuban, Jawa Timur (1465-1525 M) yang kemudian diajarkan pada murid-muridnya dan masyarakat sekitar sebagai media dakwah saat itu.

Syair lagu ini jika dilacak asal usulnya, ditemukan bahwa ajaran ini ditemukan dalam kitab Majmu’ Rasa’il Ibnu Rajab yang merupakan kumpulan risalah Ibnu Rajab al-Hanbali (1335-1393 M). Selain dalam karya Ibnu Rajab, ajaran ini juga ditemukan sebagai nasehat Ibrahim al-Khawash (wafat 903 M) yang dikutip dalam kitab Dzam al-Hawa karya Ibnu Jauzi (1116-1201 M), nasehat ini juga diberikan oleh Yahya bin Mu’adz ar-Razi (830-871 M) yang ditulis dalam karyanya, kitab Dzam Qaswat al-Qalb.

Nasehat ringkas dan mendalam dalam untaian syair ini menjadi populer di masyarakat Islam di pulau Jawa, lalu dipopulerkan secara lebih luas karena dilagukan dalam bahasa Indonesia oleh Opick pada tahun 2005. Hingga kini, lagu ini masih terus populer dengan kreasi baru dan di-cover oleh banyak orang di media sosial.

Baca Juga:  Menakar Ulang Sya'ban sebagai Bulan Turunnya Ayat Shalawat

Ini membuktikan bahwa mengajarkan kebaikan dengan media lagu atau syair menjadikan ajaran itu menjadi lebih mudah diingat dan tersimpan dalam memori jangka panjang.

Lima Obat Hati

Pertama, Membaca Al-Qur’an dan Maknanya (Qiraat Al-Qur’an bi at-Tadabbur)

Membaca Al-Qur’an dengan makna terjemah yang direnungi (tadabbur) menjadi lebih bermakna dan menghidupkan hati. Jika Hanya dengan membaca saja mampu menguatkan batin seseorang, membaca setiap ayat dengan perlahan dan perenungan akan menjadikan seseorang setidaknya paham dengan makna umumnya dan tidak sekedar membacanya dengan singkat.

Kedua, Mendirikan Shalat Malam (Qiyam al-Lail)

Bangun dan memohon kepada Allah di waktu sepertiga malam merupakan terapi yang memiliki dampak positif yang kuat bagi kondisi diri seseorang. Selain karena kondisi malam hari yang lebih tenang dan lebih damai sehingga mengkondisikan diri untuk beribadah saat itu. Begitu juga karena pada waktu itu seseorang bisa memanfaatkannya sebagai waktu untuk berdoa dan memohon ampunan, dimana waktu sepertiga malam terakhir adalah waktu yang tepat untuk berdo’a.

Ketiga, Berkumpul dengan Orang-orang Baik (Mujalasat ash-Shalihin)

Orang-orang baik atau shalih adalah orang-orang yang selalu menebar kebaikan dan membawa nilai-nilai positif bagi orang lain. Orang-orang seperti ini akan memberikan nasehat dan saran yang baik untuk siapapun yang berada disekitarnya, dan selalu berusaha untuk tidak menyakiti dengan perbuatan dan lisannya.

Poin ini adalah satu-satunya terapi obat hati yang berkaitan dengan sisi sosial dalam kehidupan seseorang. Karena diri seseorang terpengaruh atau berpengaruh dengan kondisi sosial di sekitarnya, di sisi lain setiap orang tidak bisa hidup sendiri. Akan tetapi orang-orang shalih selalu memberikan dukungan kepada orang lain untuk berbuat baik dan tangguh dalam menghadapi kehidupan, bukan sebaliknya.

Baca Juga:  Tekan Konsumsi Rokok pada Anak dan Remaja, Kendalikan Penjualan Eceran

Keempat, Banyak Berpuasa (Khola al-Bathn)

Berpuasa memang membuat fisik sedikit merasa lemah karena tidak mengkonsumsi makanan dan minuman, tidak seperti biasanya. Di sisi lain, kondisi yang lebih lemah itu juga menjadikan seseorang kemudian bersifat lebih lembut dari biasanya. Jikapun dalam kondisi puasa seseorang itu marah, dia akan menyesal karena dengan marah itu kondisi fisiknya menjadi lebih lemah dan cepat lapar.

Kelima, Dzikir di Waktu Malam (at-Tadharru’ ‘inda as-Sahr)

Memang terdapat perbedaan dalam “Obat Hati” versi bahasa Jawa atau bahasa Indonesia dengan yang bahasa Arab pada poin ini. Karena kata “at-Tadharru’” makna asalnya adalah merendahkan diri, dengan bertaubat dan berdoa. Sedangkan yang diajarkan Sunan Bonang, atau dalam syairnya adalah “dzikir wengi ingkang suwe”, atau dzikir malam dalam waktu yang lama. Ini tentu saja menyesuaikan dengan kondisi masyarakat Jawa saat itu. Karena dengan dzikir, masyarakat Jawa akan lebih memahami apa yang perlu dilakukan untuk mengobati kondisi mereka. Karena dzikir merupakan jalan dan metode untuk merendah diri dihadapan Allah. Sehingga lebih spesifik dan lebih mudah dipahami.[]

Baca juga; Vincent Rompies Ngaku Berusaha Bertemu Keluarga Korban Bully Geng Tai

Baca juga; Khutbah Jumat: Mari Hidupkan Malam Nisfu Sya’ban

Baca juga; Pj Bupati Mahdi Pimpin Upacara Syahidnya Teuku Umar di Mugo

Baca juga; Panik! Penumpang Pesawat Ngaku Bawa Bom dalam Tas di Padang

Baca juga; Persaingan Caleg Anak-Cucu Presiden/Wakil Presiden -Trah Soekarno hingga Ma’ruf Amin, Siapa Unggul?

BACA SELENGKAPNYA KLIK DISINI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *