JAKARTA — Penanews.co.id — Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) membuka ruang bagi organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan untuk dapat mengelola Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK).
Ruang itu terbuka setelah keluarnya regulasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2024 tentang Perubahan atas PP Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara.
Walaupun sudah ditawarkan untuk bisa mengelola pertambangan, namun ternyata tidak semua ormas keagamaan menerima tawaran pengelolaan tambang dari pemerintah. Dari sekian banyak ormas keagamaan, hingga kini baru Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang mengajukan izin WIUPK.
Pasca diterimanya tawaran tersebut, kritik terhadap NU terus disuarakan masyarakat terutama lewat media sosial, terkahir yang sedang viral seorang warga Surabaya, Ali Mahfud, melaporkan akun media sosial X (sebelumnya Twitter) bernama Bebel ke Polrestabes Surabaya. Ali merasa akun tersebut telah melecehkan lambang Nahdlatul Ulama (NU) melalui salah satu unggahannya.
Dia mengetahui unggahan tersebut pada Rabu, 20 Juni sore, yang menunjukkan lambang NU diubah. Dalam versi yang diplesetkan, lambang dunia digantikan dengan eskavator, bintang dihiasi rupiah, dan tulisan NU diubah menjadi UN dengan tambahan “Ulama Nambang”, sebagaimana dilansir Berita Satu,Jumat (21/06/2024).
Unggahan itu pun menuai beragam pendapat ada pro dan kontra di masyarakat. Beberapa warga menilai plesetan logo itu tak lazim dan beberapa warganet lainnya setuju dengan logo tersebut.
Sementara itu, Pengurus PBNU melalui Bendaranya Sumantri Suwarno menegaskan, tindakan netizen mengolok-olok logo NU sudah kelewatan. Sebab, logo tersebut merupakan hasil olah pikir para kiai dan kebanggaan jutaan warga NU.
“Dalam bendera NU, warga negara juga jadi bagian dari penjaga Indonesia hingga hari ini. Kebencianmu jika ada, bisa salah alamat. Kritik gagasan dan keputusan PBNU, jangan ditabrak di luar itu,” ujar Sumantri melalui keterangan tertulisnya, sebagaimana ditulis Tangsel Pos.id, Selasa (18/6/2024).
Masih mengutip Tangsel Pos, Selama ini, kata dia, sumbangsih NU kepada bangsa dan negara sangat besar. Salah satu contoh kecilnya, NU memiliki puluhan ribu pesantren yang digerakkan ribuan kiai, memberikan pendidikan kepada siapa pun yang ingin belajar agama dan kehidupan di pesantren, sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Melihat sejarah itu, tidak pas jika mengolok-olok NU. Apakah kamu merasa sumbangsihmu lebih besar?” cetusnya.
Sumantri mengaku tidak pernah merasa pantas untuk menghina oreganisasi manapun, terlebih organisasi yang turut berjuang dalam upaya kemerdekaan Indonesia.
“Saya tidak pernah merasa pantas menghina NU dan Muhammadiyah. Jejak dan kerja kedua organisasi ini terlalu besar untuk dijadikan olok-olok oleh orang yang bahkan belum pernah mendirikan sekolah satu kelas pun,” tandasnya