
BANDA ACEH – Sekitar 100 kilogram (kg) lempeng tembaga yang menjadi bagian ornamen Tugu Pena di Simpang Mesra, Kota Banda Aceh, dilaporkan dicuri. Kejadian ini baru disadari belakangan, tanpa diketahui kapan tepatnya pencurian terjadi atau berapa lama aksi tersebut berlangsung.

Tugu Pena, yang secara resmi bernama Tugu Tentara Pelajar Aceh (TPA), merupakan monumen bersejarah yang terdiri dari dua bagian utama: bagian atas berupa pena yang menghadap ke langit, terbuat dari stainless steel (baja tahan karat), dan bagian bawah berupa batang pena dari beton.
Di bagian “leher” batang pena, terdapat lempengan tembaga berbentuk ornamen kobaran api yang melambangkan semangat juang Tentara Pelajar Aceh dalam menghadang Belanda saat Agresi I tahun 1947.

Namun, kini ornamen tembaga tersebut telah lenyap, hanya menyisakan rangka besi yang masih berbentuk melingkar sesuai desain aslinya.

Sosok yang menyadari bahwa seluruh lempengan baja itu sudah lenyap dari tempat dudukannya adalah Dr Ir Kamal Arif MEng yang baru-baru ini berkunjung ke Banda Aceh dari Bandung, Jawa Barat, tempat domisilinya.
Putra Abdullah Arif, wartawan dan sastrawan Aceh di awal kemerdekaan itu adalah arsitek yang merancang Tugu Pena tersebut sebelum tsunami melanda Aceh tahun 2004.
Hilangnya lempengan tembaga berkualitas super itu membuat Kamal Arif sangat sedih sekaigus heran.
Tugu Pena dirancang oleh Kamal atas permintaan H. Amran Zamzami, S.E., Ketua Yayasan Tentara Pelajar Aceh, dan diresmikan sebelum tsunami melanda Aceh pada tahun 2004. Hilangnya lempengan tembaga berkualitas tinggi ini tidak hanya merugikan secara material, tetapi juga menghilangkan nilai sejarah yang terkandung dalam monumen tersebut.

Pemerintah Kota Banda Aceh dan masyarakat setempat tampaknya belum menyadari kejadian ini hingga Kamal melaporkannya. Hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi lebih lanjut mengenai upaya penanganan atau penyelidikan oleh pihak berwenang terkait pencurian tersebut.
“Sangat memprihatinkan. Tugu itu kini kehilangan spirit, tak ada lagi ornamen kobaran apinya.
Tapi, kok bisa ya, maling beraksi di tengah kota, di bundaran yang selalu ramai, tanpa ada yang mengetahuinya,” kata Kamal Arif kepada Serambinews.com, Jumat (28/2/2025) sore.
Ia perkirakan, total lempeng tembaga di bagian atas tugu yang dijarah itu mencapai 100 kg.
Soalnya, dibuat bertingkat tiga lapis dan bergerigi. Semua bahannya dibawa dari Bandung dan dikerjakan oleh Irwan Abu (sudah almarhum).
Kamal yakin, maling mencuri semua lempeng tembaga yang sudah dicat sesuai warna api menyala itu untuk dijual kepada penampung barang rongsokan (barang bekas).
“Sedih sekali kita, gara-gara ulah pencuri, Tugu Pena yang gagah itu kehilangan semangatnya yang menyala-nyala,” kata Kamal bertamsil.
Kamal Arif juga yang baru menceritakan bahwa Tugu Pena itu sudah diserahkan secara resmi penjagaan dan perawatannya kepada Wali Kota Banda Aceh oleh Amran Zamzami cs sebelum terjadi tsunami tahun 2004.
Sehubungan dengan hal itu, Kamal berharap mumpung Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh definitif baru dilantik, lempeng tembaga yang hilang itu hendaknya dapat diganti tahun ini.
“Kita ingin ornamen api yang menyala-nyala itu bisa hadir kembali di Tugu Pena, karena ornament itu adalah bagian yang tak terpisahkan dari struktur tugu,” kata arsitek senior ini.
Kamal Arif adalah mantan dosen di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Gelar S-1 dan S-3 ia raih di kampus tersebut, sedangkan S2-nya di Thailand.
Selain Tugu Pena, Kamal juga merancang ‘mockup’ 53 plakat perahu untuk “Aceh Thanks the World” yang dipasang di sekeliling Blang Padang, Banda Aceh, pada tahun 2009.
Jumlah ‘mockup’ plakat yang berbentuk perahu itu mencerminkan 53 negara yang ikut ambil bagian membantu Aceh dalam fase rehab rekon akibat bencana tsunami tahun 2004.
Setiap plakat bersisi bendera serta ucapan “terima kasih” dan “damai” dalam berbagai bahasa, sesuai dengan bahasa negara bersangkutan. Misalnya ‘thank you” and “peace”, ucapan dari United Kingdom (Inggris).
Di setiap plakat itu, gamabr bendera serta ucapan terima kasih dan damainya juga dinukilkan di atas lempeng tembaga.
“Alhamdulillah, semua tembaga di Blang Padang ini masih selamat. Mungkin karena yang mengawasi Blang Padang ini tentara,” kata Kamal Atif.[]

Sumber serambinews.com

