Awas! Penipuan gaya baru di IG dan FB, Begini Modusnya

by
by
Foto: Foto kolase Facebook dan Instagram. (Dok. Pixabay)

JAKARTA — Penanews.co.id — Penipu dengan kelompoknya terus memanfaatkan ruang teknologi untuk mencari keuntungan dengan menyasar orang orang yang juga memanfaatkan teknologi seperti media sosial Instagram dan Facebook.

Meta yang merupakan induk perusahaan media sosial Facebook dan Instagram yang mulai dimanfaatkan oleh kelompok penipuan, kini mengambil langkah baru dalam mengantisipasi. Hal ini terkait dengan peredaran gambar deepfake buatan AI.

Deepfake adalah konten buatan AI yang sulit dibedakan dari foto, video, dan suara asli. Konten deepfake kini makin mudah diciptakan menggunakan berbagai platform penyedia teknologi AI generatif.

Melansir CNBC Indonesia, Nick Clegg, Presiden Global Affairs di Meta, menyatakan kebijakan untuk memantau dan memberikan label di konten hasil karya AI akan diterapkan untuk konten yang dibuat menggunakan platform Meta dan platform di luar Meta.

Konten hasil karya AI bisa dikenali dari “cap” tak terlihat yang tertanam di file gambar. Jika cap tersebut terdeteksi, Meta akan memberikan label khusus di konten yang unggah di Facebook, Instagram, dan Threads.

Saat ini, kebijakan dan fitur pemantau AI sudah diterapkan untuk konten yang dibuat menggunakan teknologi Meta. Dalam beberapa bulan ke depan, sistem yang sama akan diterapkan untuk konten buatan platform milik OpenAI, Midjourney, Shutterstock, dan Google.

Menurut Reuters, langkah Meta menunjukkan arah kebijakan platform media sosial dan internet sebagai mitigasi atas dampak negatif dari peredaran konten palsu hasil rekayasa AI.

Cara serupa telah diterapkan dalam 10 tahun terakhir untuk menghapus konten terlarang seperti konten yang menggambarkan kekerasan dan eksploitasi terhadap anak.

Clegg yakin sistem milik Meta bisa mengenali setiap gambar buatan AI yang diunggah di platformnya. Namun, perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg tersebut masih menyempurnakan sistem serupa untuk mengenali video dan audio buatan AI.

Baca Juga:  Warga Palestina meninggal setelah 38 tahun di penjara Israel

“Meskipun teknologi ini masih baru, terutama untuk audio dan video, harapan kami ini bisa menciptakan momentum dan insentif yang akan diikuti oleh pelaku industri lain,” katanya kepada Reuters.

Sampai sistem identifikasi sempurna, Meta akan meminta pengguna Instagram dan Facebook untuk memberikan label di konten audio dan video hasil rekayasa. Pelanggar atas kebijakan ini akan dikenai penalti.

Satu konten karya AI yang belum bisa diidentifikasi dengan teknologi adalah teks buatan AI, seperti yang dihasilkan oleh ChatGPT. “Itu sudah lewat [that ship has sailed],” kata Clegg.

Meta juga bungkam soal rencana mereka untuk konten buatan AI yang tersebar di WhatsApp.

cover topik: whatsapp,Instagram, Facebook LuarFoto: cover topik/whatsapp,Instagram, Facebook luar/ Aristya Rahadian Krisabella

Penipuan Deepfake

Konten deepfake kini juga mulai digunakan untuk penipuan online. Seorang pekerja keuangan di sebuah perusahaan multinasional ditipu untuk membayar US$25 juta (Rp 392,97 miliar) kepada penipu menggunakan teknologi deepfake.

Menurut polisi Hong Kong, penipu itu menyamar menggunakan deepfake sebagai kepala keuangan perusahaan dalam panggilan konferensi video.

Korban ditipu dengan disuruh untuk menghadiri panggilan video yang disebut akan dihadiri oleh beberapa beberapa anggota staf lainnya. Namun semuanya sebenarnya adalah rekreasi palsu, kata polisi Hong Kong, dikutip dari CNN International, Senin (5/2/2024).

“(Dalam) konferensi video yang dihadiri banyak orang, ternyata semua orang yang [dia lihat] adalah palsu,” kata pengawas senior Baron Chan Shun-ching kepada stasiun penyiaran publik kota RTHK.

Chan mengatakan pekerja tersebut menjadi curiga setelah dia menerima pesan yang konon berasal dari kepala keuangan perusahaan yang berbasis di Inggris. Awalnya, pekerja tersebut mencurigai itu adalah email phishing, karena berisi permintaan pelaksanaan transaksi rahasia.

Baca Juga:  Pesawat tempur Israel serang Rafah, dan rumah sakit terbesar yang masih berfungsi di Gada dikepung

Namun, pekerja tersebut mengesampingkan keraguan awalnya setelah panggilan video tersebut. Sebab, kata Chan, orang lain yang hadir terlihat dan terdengar seperti rekan kerja yang dia kenal.

Karenanya, pekerja tersebut setuju untuk mengirimkan total US$200 juta dolar Hong Kong atau sekitar Rp392,97 miliar.

Kasus ini adalah salah satu dari sekian kasus yang melibatkan teknologi deepfake. Pada konferensi pers hari Jumat lalu, polisi Hong Kong mengatakan mereka telah melakukan enam penangkapan sehubungan dengan penipuan tersebut.[°]

Baca juga; RI bikin Gegara Tambang Nikel Dunia Bangkut – ini kata Menteri ESDM

Baca juga; Relawan Ganjar-Mahfud Tolak Hasil Pilpres dan Minta Diulang

Baca juga; Jokowi panggil Surya Paloh ke Istana

Baca juga; Anies Minta Kecurangan Pemilu Ditangani Serius, ini tanggapan KPU

Baca juga; Persiapan PON XXI Aceh-Sumut 2024, Menpora Dito Bareng Menko PMK Tinjau Venue Atletik dan Stadion Utama Sumut

BACA SELENGKAPNYA KLIK DISINI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *