WINA – Penanews.co.id – Duta Besar Palestina sekaligus Pengamat Tetap untuk PBB di Wina, Salah Abdel Shafi, mengatakan meskipun perjanjian gencatan senjata antara Israel dan gerakan Palestina Hamas di Jalur Gaza mulai berlaku pada 10 Oktober, namun Uni Eropa tidak memanfaatkan pengaruh ekonominya terhadap Israel, padahal mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya.
“Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar Israel. Sayangnya, Uni Eropa tidak menggunakan pengaruh tersebut. Bahkan, Uni Eropa belum mampu menangguhkan satu pun bagian dari Perjanjian Asosiasi dengan Israel—perjanjian yang mengatur hubungan politik, perdagangan, ekonomi, dan kerja sama ilmiah-teknis antara kedua pihak serta memberikan Israel akses perdagangan preferensial dengan Uni Eropa,” kata Salah Abdel Shafi dikutip Kantor Berita Rusia RIA Novostim
Menurutnya sejumlah negara anggota Uni Eropa seperti Jerman, Italia, dan Prancis masih terus memasok senjata kepada Israel.
Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan gerakan Palestina Hamas di Jalur Gaza mulai berlaku efektif pada 10 Oktober.
Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, Hamas membebaskan 20 sandera yang ditahan sejak 7 Oktober 2023, sehingga seluruh sandera yang masih berada di Gaza berhasil dibebaskan.
Sebagai langkah timbal balik, Israel membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina, termasuk individu yang sebelumnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
Menurut posisi Federasi Rusia, penyelesaian konflik hanya dapat dicapai berdasarkan formula yang telah disetujui Dewan Keamanan PBB, yakni pembentukan negara Palestina dalam perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.[]





