Wanita Tangguh Ini Sebarkan Informasi PON XXI Lewat Bahasa Isyarat

by
Heni Ekawati juru bahasa isyarat di Media Center PON XXI Wilayah Aceh yang tak kenal lelah. Foto: sportlinknews

BANDA ACEHPenanews.co.id — Perkenalkan…! Heni Ekawati. Ia wanita tangguh. Tak kenal lelah. Tiap hari berdiri di depan kamera, dari pagi hingga malam hari.

Bukan… bukan untuk ‘mejeng’ mencari popularitas. Wanita cerdas ini bertugas sebagai penyaji bahasa isyarat. Sebuah pekerjaan mulia. Tak semua orang bisa. Butuh keterampilan dan pendidikan khusus.

Heni Ekawati, satu-satunya juru bahasa isyarat di Media Center PON XXI Wilayah Aceh. Wanita asal Gayo, Aceh Tengah, ini terbilang paling sibuk.

Ia harus tampil sebagai juru bahasa isyarat setiap acara di Media Center PON XXI. Termasuk jika ada tamu dalam program dialog di Studio One on One.

Bisa dibayangkan betapa lelahnya. Tapi, Heni menikmati tugasnya. Meski ia mengaku kadang kakinya terasa ngilu. Pun keram kaki karena harus berdiri.

“Saya kerja dari jam 10.00 pagi hingga malam. Sekali tampil antara 30-40 menit. Ya, lumayan melelahkan, tapi saya nikmati saja,” ujar Heni.

Heni mengaku bersyukur menjadi bagian dari tim Media Center PON XXI Wilayah Aceh. Setidaknya ia dapat merasakan aura event bersejarah di tanah kelahirannya. Tak kalah penting, bisa berbagi informasi dengan kaum tuna rungu.

“Alhamdulliah, kehadiran saya di sini sangat berarti bagi kaum tunarungu. Mereka bisa merasakan dan mengetahui informasi tentang PON XXI Aceh-Sumut,” ujarnya.

Heni Ekawati, kelahiran Takengon, 27 Juli 1982. Ia doyan baca buku dan getol belajar. Ia jebolan FKIP Fisika Universitas Serambi Mekkah dan Universita Negeri Padang jurusan Pendidikan Luar Biasa. Heni juga bergelar S2 Management ADM Pendidikan lulusan Unsyiah.

Wanita yang ramah ini sangat menyayangi kaum tunarungu. Orang yang mengalami gangguan pendengaran. Ia ingin mengangkat derajat mereka yang memiliki keterbatasan tersebut.

Baca Juga:  Terjunkan 10.085 Personil Gabungan, Polri Jamin Kelancaran Pelaksanaan PON XXI Aceh-Sumut

Heni pun mencoba menyelami dan berinteraksi dengan mereka. Ia belajar bahasa isyarat secara otodidak pada tahun 2008. Langsung bersama anak-anak tunarungu di sekolah.

Heni hanya butuh waktu satu tahun untuk bisa berbahasa isyarat. Hari-harinya dihabiskan waktu bersama anak-anak tuna rungu.

“Saya juga fokus belajar sendiri perlahan-lahan. Pada tahun 2009 saya sudah bisa komunikasi maksimal bersama anak-anak tunarungu,” ungkap Heni.

Ibu dua anak ini mengaku tidak mudah belajar bahasa tunurungu. Tapi, berkat tekad dan kemauannya yang keras, ia pun akhirnya mampu berkomunikasi dengan bahasa isyarat.

“Saya mencoba mengabdikan diri bersama anak-anak luar biasa itu,” tandas Heni yang menyukai olahraga voli dan bulu tangkis sejak kecil.

Kepiawaian kedua tangannya mengolah bahasa isyarat pun mengangkat kariernya sebagai Kepala Sekolah Luar Biasa Yayasan Pendidikan Disabilitas Insani (YAPDI) Banda Aceh.

“⁠Alhamdulillah saya menjadi seperti ini. Semoga kedepan bisa terus berkarya demi nusa dan bangsa,” pungkasnya.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.