Mencekam! Hujan Batu Menerpa Rumah, Warga Sembunyi di Kolong Meja

by
Gunung Lewotobi Laki-laki meletus pada Senin (4/11/2024) malam | Dok. PGA Lewotobi Laki-laki

FLORES TIMUR — Ribuan warga terpaksa mengungsi setelah Gunung Lewotobi Laki-laki meletus dengan dahsyat pada Minggu malam, 3 Mei 2024. Letusan tersebut menyebabkan kecemasan di kalangan masyarakat, terutama karena banyak yang masih trauma akan potensi terulangnya bencana serupa.

Di salah satu lokasi pengungsian, yaitu Desa Bokang, Kecamatan Titehena, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Agnes Wungu Belen (60), salah seorang pengungsi, mengungkapkan rasa takutnya.

“Masih takut,” kata Agnes saat ditemui awak media pada Selasa, (05/11/2024), lansir Kompas.com

Agnes menceritakan, pada malam letusan, listrik padam dan ia bersama keluarganya belum sempat tidur karena hujan deras yang mengguyur.

Tiba-tiba, ia mendengar bunyi petir disertai angin kencang. Di saat bersamaan terdengar gemuruh kuat dari arah gunung.

Tak lama berselang, atap rumah mereka dihujani kerikil dan batu. Agnes mulai panik, terlebih lagi banyak warga berteriak dan berlari menyelamatkan diri.

Agnes dan keluarga memilih bertahan di dalam rumah. Mereka bersembunyi di bawah kolong meja.

“Malam itu kami duduk di bawah kolong meja. Kami pasrah dengan keadaan. Karena kalau kami lari, bisa saja kami terkena batu dari gunung,” tuturnya.

Agnes dan keluarga tidak tidur hingga pagi hari. Setelah situasi sedikit aman, mereka pun memberanikan diri keluar dari rumah.

Dia kaget saat mendapati banyak rumah warga yang rusak. Atap rumah bocor, bau belerang menyengat.

“Pagi itu saya melihat banyak rumah yang hancur. Sekolah juga rusak,” ucapnya.

Hal serupa dialami Erna Buda (20), warga Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang.

Erna mengungkapkan, malam sebelum kejadian, cuaca di Desa Boru berbeda dari biasanya.

“Biasanya di Boru itu dingin kalau malam, tetapi cuaca malam itu terasa panas sekali,” kata dia.

Baca Juga:  Jokowi hormati keinginan Mahfud sampaikan surat pengunduran diri

Tiba-tiba turun hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang dan petir.

Mereka juga mendengar gemuruh kuat dari arah gunung.

Erna dan keluarga mulai panik lantaran banyak pohon di sekitar rumah tumbang.

“Kami sekeluarga sangat takut. Suami saya kemudian langsung membawa saya dan anak ke rumah tetangga,” kata dia.

Kini, Erna dan keluarga sudah mengungsi ke Desa Konga, Kecamatan Titehena. Ia masih takut untuk pulang.

Sekretaris Daerah Pemerintah Kabupaten Flores Timur, Petrus Pedo Maran mencatat, per Senin (4/11/2024) pukul 23.34 Wita, jumlah pengungsi mencapai 2.472 orang.

Mereka berasal dari delapan desa terdampak yakni Nobo, Dulipali, Klatanlo, Hokeng Jaya, Boru, Boru kedang, Nawokote, dan Pululera.

Petrus menerangkan, ribuan pengungsi itu tersebar di tiga posko pengungsian.

“Posko Desa Lewolaga sebanyak 647 orang, posko Desa Bokang sebanyak 606 orang, dan posko Desa Konga 1.219 orang,” ujar Petrus dalam keterangannya, Selasa (5/11/2024).

Petrus menambahkan, pemerintah terus memberikan pelayanan secara optimal kepada para pengungsi baik logistik maupun kesehatan.

“Kami telah mendirikan dua dapur umum untuk melayani para pengungsi di tiga lokasi tersebut,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Malam Mencekam di Lereng Gunung Lewotobi: Hujan Batu, Warga Sembunyi di Kolong Meja”, Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2024/11/05/124959278/malam-mencekam-di-lereng-gunung-lewotobi-hujan-batu-warga-sembunyi-di?page=2.Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6

Pengungsi yang sebagian besar masih merasa terancam dan cemas, terus mengandalkan bantuan dari pemerintah dan berbagai lembaga untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sementara menunggu kondisi Gunung Lewotobi yang masih terpantau aktif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *