Prabowo Janjikan Gaji Rp 20 Juta per Bulan Untuk Program Petani Milenial

by
Buruh tani padi memanen padi diKawasan persawahan Primeter Selatan, Tangerang, Banten, Kamis (1/3/2018). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 5.207,00 per Kg atau turun 3,84 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.305,00 per Kg di Februari 2018. | Foto CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

JAKARTA — Jumlah petani di Indonesia terus mengalami penurunan seiring dengan semakin beragamnya jenis pekerjaan yang tersedia di Tanah Air. Kondisi ini berbeda jauh dengan beberapa puluh tahun lalu, di mana profesi sebagai petani merupakan pilihan yang menjanjikan.

Menurut Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, pada era 1960-1970-an, lapangan pekerjaan sangat terbatas dan kebanyakan orang hanya mengenal pertanian sebagai mata pencaharian utama.

“Kalau kita bandingkan tahun 60-70, ya dulu lapangan pekerjaan kan tidak sebanyak, diversifikasi lapangan pekerjaan kan tidak sebanyak sekarang. Artinya orang zaman dulu ya tahunya pertanian. Makin ke sini, tanah pertaniannya juga kan enggak pernah nambah. Ini memang menjadi tantangan bagi kita,” ujar Sudaryono di Graha Mandiri, Jakarta, Jumat (31/1/2025).

Kondisi ini memicu pemerintah untuk mencari cara agar sektor pertanian kembali diminati, terutama oleh kalangan muda. Sudaryono mengungkapkan bahwa potensi pendapatan dari bertani sebenarnya cukup menjanjikan, terutama bagi generasi milenial.

“Pendapatannya setelah dihitung, hasil panen dan seterusnya, dikurangi beban biaya dan seterusnya, itu 15 orang itu masing-masing sebulannya rata-rata dapat Rp 15 sampai Rp 20 juta, itu maksudnya dari petani milenial yang rame-rame di sosmed,” kata Sudaryono

Untuk mendapatkan pendapatan sebesar itu, pemerintah memberi sarana produksi pertanian agar anak muda bisa mengolahnya. Dengan perhitungan 15 orang dapat mengelola 200 hektare serta hasil panen yang besar, maka pendapatan petani muda sampai dua digit bukan tidak mungkin.

“Petani millennial itu namanya Brigade Pangan, kita cetak sawah di luar Jawa, di Kalimantan, di Sumatera, di Merauke, di Papua, di Sulawesi, kita ada optimalisasi lahan rawat dan juga cetak sawah. Kita ada optimalisasi lahan rawa dan juga cetak sawah, kan enggak ada orangnya di situ. Maka kita membentuk satu brigade dari pemuda lokal situ,” ujar Sudaryono.[]

Baca Juga:  Scenario PPN Naik 12 % Untuk "Mensubsidi" Pengusaha

Sumber CNBC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *