MEULABOH – Kehadiran dua ekor gajah liar di Desa Blang Luah, Kecamatan Woyla Timur, Kabupaten Aceh Barat, pada Selasa (4/3/2025) pagi, membuat warga setempat panik. Kedua satwa besar itu terlihat memasuki permukiman penduduk sekitar pukul 10.00 WIB, mengganggu aktivitas rutin warga.
Menurut informasi, gajah-gajah tersebut diduga berasal dari kawasan Alue Billie Woytim dan melintasi desa menuju perbatasan antara Kecamatan Woyla Timur dan Kecamatan Panton Reu. Diduga, mereka tersesat atau terpisah dari kelompoknya. Meski tidak menimbulkan kerusakan serius, kehadiran gajah-gajah ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Ketua Karang Taruna Sabki Mustafa Habli, S.Sos, Kabupaten Aceh Barat, segera mengambil tindakan. Ia mendesak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh untuk segera menggiring kembali gajah-gajah tersebut keluar dari wilayah pemukiman serta lahan pertanian dan perkebunan warga. “Kami berharap BKSDA dapat segera turun tangan untuk mencegah potensi konflik antara manusia dan gajah,” ujarnya.
Konflik manusia dan gajah di Aceh memang bukan hal baru. Data BKSDA Aceh mencatat, dalam kurun waktu 2019 hingga Oktober 2023, telah terjadi 583 kasus konflik antara manusia dan gajah liar. Rinciannya, 106 kasus pada 2019, 111 kasus (2020), 145 kasus (2021), 136 kasus (2022), dan 85 kasus hingga Oktober 2023.
Untuk mengurangi risiko konflik, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi konservasi. Langkah-langkah seperti patroli rutin, pemasangan pagar listrik, serta edukasi kepada masyarakat tentang cara menghadapi gajah liar dinilai penting untuk mitigasi konflik ini.
Kejadian di Desa Blang Luah ini mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara konservasi satwa liar dan kehidupan manusia. Dengan respons cepat dan tepat, diharapkan konflik serupa dapat diminimalisir di masa mendatang.[]
